Rabu, 19 Januari 2011

Mengenal Pemimpin lebih Dekat (Prespektif Psikologi Sosial)

Kita analogikan sebidak raja di dalam permainan catur. Dimana satu butir bidak itu adalah penentu antara menang dan kalah dalam permainan catur, sehingga seorang pemain harus berputar- putar otak untuk melawan dan bertahan menggunakan seluruh bidak lainnya demi menyelamatkan sang bidak raja tersebut. Bidak raja itu seolah- olah sosok yang tidak boleh mati karena dialah sang penentu yaitu pemimpin.

Di dalam kehidupan nyata, seorang pemimpin akan selalu ada di setiap komunitas manusia dan di mana- mana seorang pemimpin itu adalah sang penentu. Maka dari itu siapa sih sesungguhnya pemimpin itu ?


Di dalam sebuah kelompok, pemimpin memiliki peran yang aktif. Pemimpin adalah orang yang dipercaya masyarakat atau keluarga karena ia dapat mengerti dan mementingkan kebutuhan- kebutuhan kelompoknya dalam usaha- usahanya dalam pemimpinannya. Penilaian terhadap sebuah kepemimpinan itu bisa dilihat dari keterampilan dia memimpin, dan sikap pribadinya.
Tugas seorang pemimpin adalah berusaha supaya kelompok yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuan sebaik- baiknya dengan sebuah kerja sama yang produktif dan dalam keadaan bagaimana- bagaimanapun yang dihadapi kelompoknya. Namun, Floyd Ruch memiliki 3 tugas kepimpinan yaitu :
1. structuring the situation = seorang pemimpin harus memberikan struktur yang jelas dari situasi- situasi yang rumit di dalam kelompoknya. Ia harus bisa memanajemen pelaksanaan untuk mengatasi berbagai situasi, permasalahan atau misi di dalam timnya. Apalagi di dalam kelompok ia memiliki kharisma yang tinggi/ sebuah hak ketegasan "frame of reference" untuk mengambil keputusan.
2. controling group behavior = mengawasi dan mengatur tingkah laku kelompok. Ia harus dapat mengawasi dan mengambil tindakan dari tingkah laku individu yang menyeleweng di dalam kelompoknya yang tentunya sudah diatur di dalam peraturan bersama. Maka dari itu seorang pemimpin harus berusaha untuk mentaati semua peraturan yang telah dibuat dari kelompoknya sendiri, juga berguna sebagai contoh tauladan sehingga apabila pemimpinnya berperilaku taat terhadap aturan, yang lainnya dalam satu kelompok itu juga ikut taat.
3. Spokesman of the group = seorang pemimpin harus menjadi juru bicara untuk kelompoknya. Ia harus bisa menjelaskan keinginan- keinginan kelompoknya, pengharapan- pengharapan kelompoknya, dan sebagainya ke dunia.  


Lewin,Lippit, dan White melakukan eksperimen tentang pemimpin dan menghasilkan 3 jenis pemimpin yaitu
1. Otoriter
pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter. Dia memerintah tanpa dikomunikasikan dulu kepada kelompoknya kenapa ia memberi perintah seperti itu dan apakah perintah itu baik atau tidak bagi kelompoknya. Sifatnya biasanya menyendiri dan hanya berinteraksi kepada kelompoknya ketika memberi instruksi.
2. Demokratis
 pemimpin mengajak anggota kelmpoknya untuk menentukan tujuan bersama kelompoknya dengan bermusyawarah dan mufakat. Pemimpin memberi saran dan beberapa alternatif yang kelompoknya bisa memilih langkah mana yang terbaik. Pemimpin demokratis memberikan penghargaan dan kritik secara objektif dan positif.
3. Laissez Faire
 pemimpin hanya bertindak pasif seperti penonton saja di dalam kelompoknya. Ia hanya menyediakan keperluan- keperluan untuk kelompoknya saja. Ia tidak memberikan saran maupun alternatif kepada kelompoknya.

Pada eksperimen Lewin, Lippit, dan White menghasilkan pada suatu eksperimen terdapat sikap permusuhan yang 30 kali lipat lebih banyak daripada kelompok yang dipimpin demokratis. Pada pihak lain terdapt terlampau banyak ciri- ciri apatis dibanding demokratis atau Laissez Faire. Setelah melakukan angket 95% memilih demokratis. 


Seorang pemimpin sedikitnya memiliki 3 ciri ini :
1. Persepsi Soial = kecakapan untuk cepap tanggap situasi sosial yang ada di kelompoknya dan mengambil sebuah tindakan untuk kelompoknya.
2.Kemampuan berfikir abstrak = seorng pemimpin harus memiliki pemikiran abstrak lebih tinggi dibanding anggota kelompoknya, yaitu intelegensi untuk menafsirkan segala kegiatan.
3. Kestabilan emosi = seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabl, ia harus memiliki pemikiran- pemikiran yang positif di dalam sgala kondisi.

Referensi : Gerungan, Dr. W.A. Psikologi Sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com